MPR 2002 KERAMAT DAN MERDEKA »

MENGANGKASAKAN

MANTAN MPR 2002

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

"Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah engkau diantara orang yang bersujud yakni solat.Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu." Al-Hijr : 98-99


Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

PERHATIAN!!!
Email penulis joharibrave di yahoo mail tidak lagi digunakan berikutan di senarai sebagai spam.Kepada mereka yang ingin berbicara silakan di sengkuangmerah@yahoo.com

Kepada mereka yang minat dan ingin mengetahui perihal spiritual dan paranormal sila layari dan menjadi member di Forum Paranormal Malaysia

Bagaimana untuk memartabatkan Mantan Minggu Penulis Remaja

Friday, November 16, 2007

Menulis, antara Bakat dan Pilihan Hidup

Dulu, Saya beberapa kali diajak oleh orang-orang tertentu untuk bergabung dengan bisnis Multi Level Marketing (MLM). Pernah saya tergoda, terjun beberapa bulan di dunia yang satu itu. Akhirnya, saya tewas dengan mengenaskan, karena memang saya merasa tak punya bakat sama sekali. Karena itu, saya sering jengkel luar biasa ketika ada pebisnis yang masih ngotot merayu saya dengan ucapan, "Untuk terjun ke bisnis, bakat itu tidak perlu, kok. Saya aja dulunya tak punya bakat sama sekali. Tapi saya bisa sukses seperti sekarang ini."

Tragisnya, di dunia penulisan pun saya seringkali mendengar seorang penulis senior yang bicara seperti itu. "Untuk jadi penulis hebat, bakat itu tak terlalu penting, kok. Bla... bla.. bla..." Lebih tragis lagi, ternyata saya sangat setuju dengan pendapat itu!

Setelah berpikir lebih dalam, saya menyesali diri sendiri, merasa sangat bodoh. Kenapa saya bersikap amat diskriminatif? Saya setuju dengan pendapat mengenai tidak pentingnya bakat di dunia penulisan, tapi saya sangat tidak setuju dengan hal yang sama di dunia bisnis. Apakah saya sudah menjadi semacam ibu tiri yang pilih-pilih kasih?

Oke, saya akhirnya menyerah, mencoba mencari argumen yang lebih kuat dan masuk akal. Kenapa saya merasa tidak punya bakat di bidang bisnis, dan saya sama sekali tidak tergerak untuk terjun ke sana?

Setelah berpikir lebih dalam lagi, saya menemukan sebuah jawaban yang agaknya cukup valid, mungkin bisa membungkam mulut si pebisnis yang tak pernah henti merayu saya.

"Ini adalah sebuah pilihan hidup!"

Ya, benar. Semuanya berpulang pada pilihan hidup.

Jika mau dan punya motivasi yang kuat, saya yang tidak punya bakat bisnis sama sekali ini, suatu saat nanti mungkin bisa menjadi seorang pengusaha sukses yang kaya raya. Saya mungkin bisa menjadi seorang raja MLM yang bisa membeli Kepulauan Seribu, bahkan pulau Bali. Jika punya motivasi yang sangat kuat, saya akan berjuang keras agar bisa sukses di dunia MLM yang amat membahagiakan dari segi materi.

Tapi yang terjadi selama ini; saya tak punya semangat sama sekali. Ketika dulu saya terjun ke dunia MLM, saya menjadi orang yang sangat malas. Malas mencari downline, malas mencari pembeli. Ketika bertemu dengan seorang calon pembeli/downline yang sangat potensial pun, saya bersikap ogah-ogahan. Saya bukan tipe manusia agresif yang melihat sosok seorang manusia sebagai ladang duit yang amat menggiurkan. Saya pikir, enggak penting-penting amat gitu lho, mencari uang dengan cara seperti itu.

Dan itulah alasan utama kegagalan saya di bidang bisnis, khususnya MLM. Saya pernah menceritakan hal ini pada seorang teman yang juga mencoba merayu saya untuk menekuni bisnis MLM yang ia ikuti. Anehnya, dia malah menyalahkan MLM saya terdahulu. Padahal saya tahu, sayalah yang salah. Saya pikir, teman ini mungkin hanya mencoba menjelek-jelekkan perusahaan saingannya, itu saja.

* * *

Saya kira, dunia penulisan pun seperti itu. Kalau kamu punya bakat yang luar biasa di bidang penulisan, maka kamu punya potensi yang sangat luar biasa pula untuk menjadi seorang penulis handal. Bakat yang baik akan membuat seorang calon penulis lebih mudah dalam menyerap teori-teori penulisan. Proses belajar yang dilaluinya akan lebih cepat dan sederhana ketimbang mereka yang tidak punya bakat sama sekali.

Tapi, jangan sedih dulu, wahai penulis yang tak berbakat! Saya belum selesai bicara. Pembicaraan kita berikutnya adalah: ternyata bakat saja tidak cukup. Kamu punya bakat yang sangat luar biasa, itu sangat bagus. Perlu disyukuri. Tapi apa arti itu semua jika kamu tidak punya motivasi dan keinginan yang kuat? Kamu tak akan pernah menjadi seorang penulis.

Saya punya sekitar 10 atau 15 orang teman yang bertipe seperti itu. Bakat menulis mereka sangat bagus. Tapi ketika saya mengkompori mereka untuk menekuni dunia penulisan secara lebih serius, mereka menjawab dengan santai, "Saya menulis untuk iseng-iseng aja, kok!"

"Belum pernah kepikiran untuk mengirim naskah kamu ke majalah atau penerbit?"

"Buat apa? Apakah itu penting bagi hidup saya?"

* * *

Maka, di sinilah para penulis yang tak berbakat bisa menghibur diri. Silahkan, anda bisa tersenyum lebar sekarang. Sebuah kemenangan besar menanti anda. Kuncinya hanyalah kalimat klise berikut: Ternyata bakat saja tidak cukup. Banyak orang yang bilang bahwa peran bakat bagi keberhasilan seorang penulis hanya sekitar 10 persen, atau bahkan 1 persen. Kita tak perlu berdebat soal jumlah persennya. Itu tidak penting, saudara-saudara sekalian! Sebab ini bukan rumus kimia.

Yang penting untuk kita percayai: di mana ada kemauan, di situ ada jalan. I believe I can fly. Jika aku percaya bahwa aku bisa terbang, maka aku bisa terbang.

Mungkin peribahasa ini terlalu mengada-ada. Tapi intinya adalah: KEINGINAN dan MOTIVASI yang kuat merupakan FAKTOR PENENTU TERBESAR dalam meraih sukses di bidang apapun. Di bidang bisnis? Ya. Di bidang penulisan? Ya juga. Saya yang tidak berbakat sama sekali di bidang bisnis, akan bisa jadi pengusaha sukses dan kaya raya, jika saya memang punya motivasi dan keinginan yang sangat tinggi. Dan kamu yang merasa tidak punya bakat menulis sama sekali, suatu hari nanti mungkin bisa mengalahkan popularitas Agatha Christie atau Stephen King. Who knows?

Tapi, seperti yang saya sebutkan di atas, ini semua memang kembali ke masalah pilihan hidup. Seorang teman saya pernah berkata, "Saya merasa rugi jika menghabiskan waktu hanya untuk mengetik di depan komputer dan mengarang cerita yang tidak nyata. Mending benerin genteng atau ngisi bak mandi."

Apakah saya marah mendengar ucapan seperti itu? Insya Allah tidak, karena saya tahu ini menyangkut pilihan hidup. Terus terang, saya pun akan mengucapkan kalimat yang lebih kurang sama untuk dunia bisnis. "Saya merasa rugi jika menghabiskan waktu hanya untuk mengumpulkan downline dan merayu orang-orang untuk bergabung dengan bisnis saya." Ini bukan pilihan hidup saya. Saya lebih suka mencari uang dengan cara menjual tulisan-tulisan saya. Saya merasa bahagia, karena lewat tulisanlah saya tidak hanya mendapat uang, tapi memiliki kesempatan yang sangat besar untuk menularkan pemikiran-pemikiran saya kepada orang lain.

Tapi tentu saja, saya harus menghargai orang lain yang menjadikan MLM dan sejenisnya sebagai pilihan hidup mereka. Toh, setiap orang pasti berbeda, bukan?


* * *

Jadi, bagi kamu yang ingin jadi penulis dan merasa tak punya bakat, saya kira inilah resep yang cukup jitu: Jadikan menulis sebagai bagian dari pilihan hidup kamu. Jangan perlakukan ia sebagai hobi semata, yang ditekuni di kala senggang saja, lalu ditinggalkan jika kesibukan tugas kantor atau pekerjaan di toko menyita banyak waktu kamu.

Ketika peluncuran buku Antologi cerpen FLP Hongkong, Helvy Tiana Rosa berkata pada para penulis di sana yang semuanya berprofesi sebagai pembantu rumah tangga, "Mulai sekarang jika ada orang yang bertanya apa pekerjaan kalian, jawablah 'profesi kami penulis dan hobi kami membantu orang lain'."

Saya kira, inilah sikap yang seharusnya diambil oleh penulis - baik yang berbakat maupun tidak - jika mereka ingin terjun dan sukses di dunia penulisan. Katakan pada diri kamu sendiri, "Saya adalah penulis. Hidup saya untuk menulis. Menulis adalah bagian dari gaya hidup saya."

Pesan saya untuk para penulis yang berbakat, "Apa kamu tidak merasa rugi karena menyia-nyiakan pemberian Tuhan yang sangat berharga?"

Pesan saya untuk penulis yang tidak berbakat, "Ayolah. Kamu bisa mengalahkan para penulis yang berbakat itu, karena mereka sama sekali tidak punya niat untuk bersaing dengan kamu."


Maaf bila tidak berkenan.


Senayan, 12 Desember 2005

Jonru (penulis Indonesia)
(bersyukur karena merasa punya bakat menulis sejak kecil dan punya keinginan yang kuat untuk jadi penulis)

0 komen anda: